Minggu, 22 Juli 2012

5 Penghalang di Ranjang

5 Penghalang di Ranjang -
sex bebas

Mayoritas perempuan yang mengalami gangguan gairah disebabkan oleh faktor psikologis.

Daripada menggerutu, lebih baik pahami penyebab terganggunya aktivitas bercinta dan segera tangani bersama ahlinya.

Ketika aktivitas ranjang jauh dari harapan, kemesraan bersama pasangan pun terganggu. Jika dibiarkan berlarut-larut, bisa jadi muncul pemikiran bahwa ada yang salah pada suami atau istri Anda.


Menurut konsultan seks, Dr. Naek L Tobing, SpKJ. , frekuensi ideal pasangan suami istri melakukan hubungan intim adalah sekali seminggu. “Jika terlalu sering kehilangan gairah juga tidak baik. Perlu diketahui, enam puluh persen orang yang kehilangan hasrat bercinta, disebabkan oleh penurunan libido,” ujarnya.


Gangguan libido yang menyebabkan berkurangnya nafsu seksual bersama pasangan, dapat disebabkan faktor psikologis dan organik. Lain faktor tentu lain pula penanganannya. Kabar baiknya, Tobing mengatakan bahwa sebagian besar gangguan ini dapat diobati. Baik dengan mengonsumsi obat, berkonsultasi pada pakar, atau memperbaiki pola hidup. Apa saja yang menyebabkan menurunnya gairah seksual? Simak lima faktor berikut.


1 Kondisi Psikologis

Mayoritas perempuan yang mengalami gangguan gairah disebabkan oleh faktor psikologis. Misalnya stres karena pekerjaan, kelelahan mengasuh anak, atau menyelesaikan urusan lain yang menyita banyak waktu dan pikiran. Jika ini terjadi, otomatis produksi hormon menurun sehingga gairah seksual pun berkurang.

“Ia akan kehilangan hasrat, bisa juga ia ada hasrat namun sulit terangsang, atau kesulitan orgasme sehingga hasratnya turun sebelum ia mencapai puncak,” papar Tobing.

Namun yang lebih kompleks adalah jika masalah berasal dari pasangan. Tobing menambahkan, masalah pada suami bisa berbentuk ereksi yang tidak sempurna atau ejakulasinya cepat. “Itu bisa berakhir pada kekecewaan dan keengganan untuk mengulangi aktivitas ranjang lagi. Apalagi jika suami ketahuan pernah selingkuh. Itu lebih sulit karena efeknya pada stres dan trauma,” jelas penulis buku Problema Seks dalam Rumah Tangga ini.


Jika ini yang terjadi, pasangan suami istri harus menelusuri tujuan dari masing-masing pasangan. Apakah keduanya ingin memelihara hubungan dan berbaikan lagi? Jika keduanya memiliki keinginan, menurut Tobing, maka mengobatinya pun mudah.


2. Efek Samping Penyakit

Penurunan kualitas bercinta juga bisa berasal dari kesehatan fisik atau disebut faktor kimia. Contohnya penderita penyakit gula darah, diabetes, impotensi, atau liver. “Itu bisa membuat nafsu turun juga. Jika liver terganggu, maka stamina menurun. Ketika hipertensi, ia akan meminum obat sangat banyak yang menyebabkan kepala pening dan penurunan gairah,” kata Tobing.

Namun jika ketidakstabilan salah satu organ yang menyebabkan penyakit tersebut sudah diobati, gairah seksual pun dapat dibangkitkan lagi. “Setelah diobati penyakitnya, bisa ditumbuhkan kembali gairah seksual dengan memancing hormon,” tambahnya.

3. Gangguan Hormon

Hormon yang menjadi penentu gairah seks yaitu testosteron dan esterogen. Keduanya harus selalu diproduksi dengan baik dan seimbang. Pasalnya, hormon esterogen akan berpengaruh pada produksi cairan ketika bersenggama, sedangkan hormon testosteron berpengaruh pada sensitivitas organ menerima rangsang.


Keduanya membutuhkan satu sama lain untuk memperoleh pengalaman seksual yang baik. “Itu harus seimbang. Pada wanita sebetulnya jumlah yang dibutuhkan kecil, tapi jika ia stres, itu bisa turun jauh di bawah normal dan bisa berbahaya,” ujar Tobing. Namun jika penurunan jumlah hanya sesekali dan tidak berlangsung lama, tentu masih termasuk pada kategori normal.

Selain itu, produksi hormon prolaktin yang berlebih sebelum waktunya pun dapat menjadi penyebab. Hormon prolaktin idealnya meningkat ketika perempuan sudah melahirkan. Sebaliknya, jika sebelum melahirkan ia malah memiliki banyak hormon prolaktin, gairah seksual pada perempuan bisa menurun. “Kelebihan hormon ini bukan genetik, tapi bawaan sejak lahir. Efeknya dapat sangat mengganggu aktivitas seksual karena menyebabkan seseorang sulit terangsang dan hilang keinginan untuk melakukan hubungan seks,” tukas Tobing.


Selain menghilangkan gairah, hormon ini juga mengakibatkan seseorang sulit memiliki anak karena proses pematangan sel telur menjadi terganggu. Sayangnya, gangguan yang disebabkan oleh hormon ini termasuk sulit diobati. “Memang ada obat khususnya, namun pengobatannya lebih sulit dibanding alasan-alasan sekunder,” tukasnya.


4. Pengalaman Traumatis

Penyebab hilangnya libido yang paling berat ada pada kategori life long . Dalam artian, seseorang tidak memiliki gairah seksual sejak lama atau bisa juga sejak lahir. “Dari awal dia memang tidak ada nafsu. Dia menikah hanya karena merasa sudah perlu untuk menikah. Akan tetapi hasrat seksual atau libidonya tetap tidak ada,” papar pria yang berprofesi sebagai psikiater ini.


Pada umumnya, mereka yang masuk pada kategori ini mengalami trauma sejak kecil ketika hormon seksnya belum bekerja. “Misalnya jika di masa kecilnya ia sering disiksa, dipermainkan, atau mengalami pelecehan seksual, itu akan berbekas sampai seumur hidup.” Namun kasus yang paling banyak terjadi adalah ketika sejak kecil ia menjadi saksi dari percekcokan orangtua.

Life long memang jarang terjadi dan jarang diungkap, sekaligus paling sulit untuk disembuhkan. Pasalnya jika saraf terlanjur rusak, lanjut Tobing, gangguan tidak akan bisa diperbaiki. “Ini sebagian besar terjadi pada perempuan. Mungkin karena perempuan memang dilahirkan lebih sensitif. Sementara pada laki-laki justru jarang terjadi,” tukas sex educator ini.


5. Gaya Hidup

Alasan terakhir penyebab gangguan aktivitas bercinta pada suami istri adalah gaya hidup. “Contoh kasus, ketika istri hobi menonton film hingga pukul 02.00 pagi padahal suami sudah mengajaknya ke kamar dari pukul 22.00 malam. Istri terus menolak karena sedang asyik menonton, kemudian suami tidak senang. Akhirnya ia memuaskan diri sendiri dan rutinitas seksual menjadi berantakan," papar Tobing.

Gangguan juga bisa disebabkan kebiasaan salah satu pasangan mengonsumsi obat-obatan terlarang atau merokok. Tobing menjelaskan, kebiasaan merokok pada laki-laki dapat menyebabkan libido menurun. “Laki-laki membutuhkan kondisi tubuh yang sangat prima, sementara rokok dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan ereksi menjadi telat,” tambahnya.
ANNELIS BRILIAN




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blogger Kendari

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 00.25 Kategori:

Comments
0 Comments

0 komentar:

Gambar Komentar

 

Yang Ngintip Disini

cbox